Rabu, 12 Oktober 2016

tugas 2.cerpen



nama:nina salinsri
nim:D1B016063
kelas:e(agribisnis)
    CERPEN
MUTIARA DI UFUK SENJA
Aku  masih terdiam dalam bait-bait tanpa kata, keindahan mentari seolah bulatkan langkah dalam kesunyian. Aku dan butiran ini seakan mengalir di langit senja. seakan-akan hidup dalam mimpi yang tak bertuan dan terus datang memasungku dalam masa.
“mut,kamu kurusan lah” kata teman ku syifa mengejutkanku.
“ya..mungkin akhir-akhir ini aku sering bergadang syif” jawabku sekedarnya.
“bergadangang pa gara-gara mikirin seno?, ya ampun mut,sudah setahun loh..move on dikit jadi orang kenapa sih?” Tanya syifa yang sangat memahami keadaanku.
“aku belum bisa syif” jawabku dengan kepiluan.
Sajak penantian ini terus ku ukir dalam kisah panjang yang berantai ,sejauh mana aku berlari,sejauh mana aku menghindar, bayangan dan nafas ini terus membawa k ku larut dan tenggelam dalam mimpi yang tak pasti. Aku dan seno memang sudah lama berpisah.Tapi bayangan dan angan ini tiada lain hanya dia lah yang berkuasa. Hati dan pikiran ku seolah berjalan satu arah, mungkin aku bodoh membiarkan kalbu ini tercabik dan bertahan dengan mimpi yang tak pernah usai.tapi aku hanya bisa apa, hati dan perasaaan ini hanya tahu satu hal, AKU CINTA DIA.
Masih kuingat kenangan piluitu, saat di mana seno meninggalkanku demi bidadari lain, aku memang tak seindah pelangi di langit senja,mungkin tak ubah nya hanya serpihan embun kecil. Tapi sungguh tiada yang aku tahu,selain apa yang ada di dunia keindahan ini.
Bela memang jauh lebih berkilau dari pada mutiara yang tertutup debu ini.Ia lebih bisa tampil seperti  princes di negeri dongeng, tapi apakah seno tahu ada keindahan dan kenyamanan di balik kesederhanaan dan yang di balut ketulusan ini. Tapi kemilau gadis penyuka rok mini itu sejenak gelapkan ketulusan yang ku kemas dalam hijab panjang ku ini.
Mungkin bagi seno antara aku dan dia telah usai, tapi bagiku tidak ada kata usai di antara kami.Sampai detik ini aku bahkan rela mengerjakan semua tugas-tugasnya, membuatkan nyamakanan, bahkan tak jaranga ku membantu nya membayar uang kuliahnya. Semua itu tulus aku lakukan karena aku cinta dia, lima hari lagi adalah ulang tahun bela, aku dengar-dengar bela meminta kadob erlian kepada seno. Tak mungkin seno mampu memberikannya, karena aku tahu selama ini seno hanya berpura-pura kaya di depan bela. Pekerjaannya sebagai montir itu tidak  akan mungkin sanggup membelikan berlian untuk bela. Otak ku berpikir keras.Bagaimana mendapat barang semahal itu, karena aku tidak mau seno terluka, apa lagi malu di depan bela.
Lima  hari kemudian, ada sepucuk surat yang menemui seno.
“dear seno,,, aku mungkin hanya butiran debu kecil yang tak engkau kenali, aku mungkin tak seindah sinar bunga yang engkau impikan. Tak ubahnya diri ini hanya butiran debu yang telah usang.Tapi sungguh tiada ketulusan selain sajak-sajak dalam senandung  kata ini yang ku untai.hari ini, aku sangat bahagia, bahagia karena aku bisa melihat orang yang aku sayangi bahagia.Surat ini dating dengan membawa berlian yang di dingin kan bela.Aku saying kamu seno”.
Sejenak pria yang bernma seno itu terdiam tanpa kata, sambil memandangi kertas putih itu dan menatap kearah syiffa.
“di mana mutiara syiff?” Tanya nya sedikit keras.
“dia sudah pergi sen,itu berlian dia  ganti dengan menjual ginjalnya, dan parahnya lagi kita tidak tahu, kalau selama ini dia hidup dengan satu ginjal.sekarang kamu puaskan? Selama ini kamu ngak pernah hargai dia, kamu gak pernah mau tahu dengan perasaanya. Dia sayang banget sama kamu sen. Sampai dia rela ngorbanin nyawa nya demi kamu sen,”bentak syifa.
“maafin aku mut...aku sayang sama kamu” seno pun tertunduk lemas.
Sajak-sajak pilu ini berakhir dengan indah, indah karena puing-puing ini tetap berada dalam keabadian, meski sinarku tak mampu menyinari lagi,tapi aku akan tetap mengenangnya di ufuk senja ini.

1 komentar: