MAKALAH
CARA MENDENGAR
DAN MENYIMAK YANG BAIK
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Bahasa
indonesia
Dosenpembimbing :
Ir.Shinta anggreani SP,MSi
Disusun
oleh:
Nina
salindri :D1B016063
Program
studi Agribisnis
Fakultas
pertanian
Universitas
jambi
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,Taufik dan
Hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangatsederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini
kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang.Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Jambi, 12 oktober 2016
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………..…………………1
DAFTAR ISI ………………………………………………...………..………........................2
DAFTAR ISI ………………………………………………...………..………........................2
BAB
I PENDAHULUAN………...…………………………………………………………..3
- A. LatarBelakang…..…………………………………………...……………………..3
- B. Rumusanmasalah………………………....………………………………………...3
- C. TujuanPenulisan…………………………………….…….....……………………..3
- D. manfaat makalah…………………………………………………………………...3
BAB
II
PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Mendengarkan ................................................................................................................................4
1.
Konsep
mendengarkan........................................................................................................4
2.
Tahap-tahap mendengarkan...............................................................................................5
3.jenis-jenis
mendengarkan....................................................................................................5
B. Menyimak........................................................................................................................................10
1.
pengertian
menyimak.........................................................................................................10
2.
tahap- tahap konitif
menyimak...........................................................................................12
3 tujuan
pembelajaran
menyimak..........................................................................................13
4.
jenis-jenis menyimak .........................................................................................................14
C. BAB III
PENUTUP..............................................................................................................................18
A.kesimpulan..........................................................................................................................18
B.saran....................................................................................................................................18
Daftar pustaka.....................................................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Dalam
bahasa Indonesia kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Pada pembahasan
ini kita akan membahas keterampilan mendengarkan. Pada kesempatan ini saya mengharapkan anda dapat memahami
konsep,fungsi, ruang ligkup dan strategi peningkatan keterampilan berbahasa
Indonesia lisan. Modul ini bukan hanya membawa Anda ke tujuan pembelajaran,
tapi juga mengetahui komponen-komponen yang terlibat dan yang dapat
meningkatkan serta mengembangkan keterampilan Anda dalam berbahasa lisan.
Keterampilan
mendengarkan salah satu alat komunikasi yang sangat penting
dimiliki setiap orang terutama dalam menjalankan kontak sosial dengan
orang lain. Kepandaian mendengarkan tidak terbatas hanya dalam pengertian
pandai atau terampil saja, melainkan kepandaian itu harus dikaitkan
dengan sopan santun dan sesuai dengan tatacara atau tatanilai yang
kita anut sebagai bangsa yang memiliki moral agama dan moral kebangsaan.
B. Rumusan masalah
1.bagaimana cara mendengar yang
baik?
2.bagaimana
cara menyimak yang efektif?
B.tujuan penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar
pembaca diharapkan mampu untuk memahami bagaimana mendengarkan yang baik.
C.Manfaat
Manfaat
dari makalah ini yaitu untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang
apa itu mendengar dan menyimak serta cara mendengar dan menyimak yang efektif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mendengarkan
1.
Konsep Mendengarkan
Mendengar adalah kegiatan manangkap
bunyi secara tidak sengaja (secara kebetulan saja).
Contoh: Ketika sedang belajar, saya mendengar
piring jatuh. Saya menoleh ke arah suara itu,
kemudian saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 12)
Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja
tetapi belum memahami.
Contoh: Katika sedang
belajar di kamar, saya mendengarkan lagu kesenangan saya yang disiarkan melalui
radio. Kemudian, saya sejenak berhenti belajar untuk menikmati lagu tersebut
sampai selesai. Setelah selesai, saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 14)
Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh
perhatian, dipahami, diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi,
dan ditindaklanjuti.
Contoh: Setiap
hari Selasa pukul 18.30 WIB, saya mendengarkan siaran pembinaan bahasa
Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum siaran dimulai, saya menyiapkan
buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang saya anggap penting. Saat siaran
berlangsung, sesekali saya mencatat dan mengangguk-anggukan kepala bahwa saya memahami
pembicaraan yang berlangsung. Setelah selesai, saya merasa puas bahwa persoalan
yang saya hadapi selama ini telah terjawab. (Tarigan: 15)
Berdasarkan uraian di atas, maka jelas bahwa kata mendengar, mendengarkan, dan
mendengarkan mempunyai makna berbeda. Dalam membedakannya tergantung pada
suasana dan pemahaman. Hal ini dapat diketahui melalui penilaian setelah
pembicaraan selesai. Yang perlu kita pahami adalah walaupun dalam ilmu bahasa
kata atau istilah yang paling tepat digunakan mendengarkan, semua itu kembali
kepada masyarakat pengguna bahasa. Dalam masyarakat kita atau di
sekolah, kata yang sering digunakan mendengarkan bukan mendengarkan. Oleh sebab
itu kata yang digunakan dalam modul ini adalah kata mendengarkan.
4
2. Tahap-tahap Mendengarkan
Setelah Anda mendiskusikan perbedaan ketiga kata di
atas tadi, selanjutnya untuk menambah wawasan Anda, silakan lanjutkan kembali
diskusinya mengenai tahap-tahap dalam mendengarkan. Mendengarkan perosesnya dilakukan
secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasilnya yang tujuan akhirnya apakah si pendengar memahami apa
yang telah disampaikan.
Berikut ini tahap-tahap dalam mendengarkan menurut
(Tarigan: 1990: 58) ada empat yaitu:
a. Tahap mendengar
Tahap mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran
atau pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam
tahap hearing.
b. Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan disampaikan, maka isi
pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini
disebut tahap understanding.
c. Tahap menginterpretasi
Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan
memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan
atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah
sampai pada tahap interpreting.
d. Tahap mengevaluasi
Tahap mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan.
Penyimak menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka
penyimak pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
Baiklah setelah Anda mendiskusikan tahap-tahap dalam mendengarkan, maka
jelas bahwa dalam mendengarkan memerlukan proses. hal ini sesuai dengan
kebutuhan dari apa yang kita harapkan.
3. Jenis-jenis Mendengarkan
Setelah Anda mengetahui
tahap-tahap mendengarkan, berikut ini kita akan membahas jenis-jenis
mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan yang dilakukan
mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya.
Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan menjadi
dua jenis yaitu :
5
(1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Kedua jenis
mendengarkan ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu
tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
·
Mendengarkan Ekstensif
Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan
orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan
mendengarkan ekstensif:
a) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar
sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain,
suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar
oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.
b) Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial
seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini
lebih menekankan pada factor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
c) Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika sering disebut mendengarkan apresiatif. Mendengarkan
estetika ialah kegaiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu,
misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama,
mendengarkan cerita, mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.
d) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa
upaya sadar, misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan
bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir
menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut
dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat
menggunakan bahasa dengan baik.
6
·
Mendengarkan Intensif
Mendengarkan intensif merupakan kegiatan mendengarkan yang harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk
menangkap
makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu cirri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan
intensif.
a) Ciri-Ciri Mendengarkan Intensif
Menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam mendengarkan intensif ada
beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
v
Mendengarkan intensif adalah
mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman
merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa
dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada
dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk
memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada
hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas
utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
v
Mendengarkan intensif memerlukan
konsentrasi tinggi
Konsentrasi
ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya
kepada suatu objek. Dalam mendengarkan intensif diperlukan oemusatan pikiran
terhadap bahan yang disimak.
Agar
mendengarkan dapat dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak
terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada
objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal
yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
v
Mendengarkan
intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal
7
(resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya.
Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau
bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
v
Mendengarkan
intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b) lisan (berbicara).
b) Jenis-Jenis
Mendengarkan Intensif
Setelah kita mempelajari
ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas jenis-jenis
mendengarkan intensif. Jenis-jenis mendengarkan intensif adalah mendengarkan
kritis, mendengarkan konsentratif, mendengarkan eksploratif, mendengarkan
interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan kreatif (HG. Tarigan,
1983; 42)
v
Mendengarkan
kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan
keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritis: (a) mengamati
ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa
mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan opini
dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil
mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan
majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
v
Mendengarkan
konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan
penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang
diperdengarkan.
8
Kegiatan mendengarkan konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti
petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b)
mencari hubungan antarunsur dalam mendengarkan, misalnya; unsure-unsur dalam
bahasa, (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d)
mencari hal-hal penting dalam kegiatan mendengarkan, (e) mencari urutan
penyajian dalam bahan mendengarkan, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan
yang telah disimak. Kamidjan, 2002: 14)
v
Mendengarkan
eksploratif
Mendengarkan eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan
penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan
mendengarkan, penyimak; (a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi
baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan
topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan dating, (d)
penyimak dapat menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
v
Mendengarkan
interogatif
Mendengarkan interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan
kepada pemerolehan informasi tersebut.
Kegiatan mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat
fakta-fakta dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat
dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan
informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
v
Mendengarkan
selektif
Mendengarkan selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan
secara selektif dan berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara,
bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk
bahasa yang
9
sedang dipelajari.Mendengarkan selektif mempunyai cirri tertentu
sebagai pembeda dengan kegiatan
mendengarkan yang lain. Adapun cirri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan
dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan,
(b) mendengarkan dengan memperhatikan topik-topik tertentu, (c)
mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
v
Mendengarkan
kreatif
Mendengarkan keratif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak
dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau
daerah, misalnya; bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak
dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan
struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan
yang telah disampaikan penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk
atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
Berdasarkan uraian di atas maka jelas bahwa dalam mendengarkan kita
mengenal dua jenis yaitu intensif dan ekstensif. Masing-masing jenisnya
diuraikan kembali ke dalam beberapa jenis sesuai dengan kedalaman dan
kedangkalan dari proses mendengarkan.
dan (e)untuk
mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
B. MENYIMAK
1. Pengertian Menyimak
Orangtua sering memberikan nasihat kepada putra-putrinya yang berbunyi,
kalau orangtua sedang bicara, jangan hanya sekedar mendengar saja, masuk dari
telinga kiri keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah
baik-baik, masukkan ke dalam hati.
10
Apabila kita memerhatikan cuplikan di atas, maka menyimak sangat dekat
maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau kita pelajari lebih
jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian. Mendengar didefinisikan
sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak
memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses
mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu.
Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar
belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening
comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.
Sutari, (1998: 16)
menyimpulkan bahwa:
“Mendengar mempunyai makna, dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga,
sadar atau tidak. Kalau ada bunyi, alat pendengaran kita akan menangkap bunyi tersebut’.
Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan, tetapi datang secara kebetulan,
mungkin juga tidak”.
Menurut Poerwadarminta (1984: 941):
“Menyimak adalah mendengar atau
memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”.Menyimak merupakan
proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang lisan,
sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar
tanpa banyak memerhatikan makna itu. Dengan kata lain menurut Tarigan (1993:
19): “Dalam proses menyimak juga terdapat proses mendengar, tetapi tidak selalu
terdapat proses menyimak di dalam suatu proses mendengar.”
Kalau keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain,
seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan
erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya
terletak dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi
lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan,
keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi, menangkap isi,
memahami makna komunikasi.
Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut:
Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta,
memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau
bahasa lisan.
Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah
mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh pembicara
11
serta menangkap dan memahami isi
dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Dalam hal mendengarkan atau memerhatikan
orang membaca atau orang yang bercakap, penyimak menerima keterangan melalui
rangkaian bunyi bahasa dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca
atau bercakap. Jika pembicara dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan
dapat melihat gerak muka dan gerak tangan pembicara seperti, bibir, mimik, dan
sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat media bantu seperti tape recorder,
maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang disampaikan oleh si
pembicara.
Dengan demikian,
mendengar, mendengarkan, dan menyimak memiliki makna yang berbeda. Dalam
mendengar, yang terlibat hanya fisik dan tidak ada unsur kesengajaan. Dalam
menyimak, unsur mental terlibat lebih tinggi daripada mendengarkan.
2. Fase-fase proses Kognitif dalam Menyimak
Telah dikemukakan di atas, bahwa dalam menyimak kegiatan mental lebih aktif
daripada mendengar. Dalam menyimak, terdapat proses mental mulai dari proses
mengidentifikasikan bunyi, proses menyusun pemahaman dan penafsiran, proses
penggunaan hasil pemahaman sampai penafsiran.
Proses mengidentifikasian bunyi merupakan suatu proses penerimaan bunyi yang
datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna bunyi tersebut. Dalam
proses ini barulah pada fase-fase mendengar.
Proses penyusunan pemahaman dan penafsiran menunjuk kepada cara pendengar
menyusun suatu penafsiran sebuah kalimat dari si pembicara, mulai dari
identifikasi bentuk-bentuk bunyi sampai kepada pembentukan sebuah penafsiran
yang sama dengan yang dimaksudkan oleh si pembicara tadi.
Proses penggunaan menunjuk kepada upaya pendengar untuk menggunakan hasil
penafsiran untuk tujuan selanjutnya, misalnya, mengakomodasi informasi,
menjawab pertanyaan, menurut perintah, menanamkan harapan.
Selain proses tersebut di atas, Sutari (1998: 20) mengemukakan bahwa:
Pada dasarnya menyimak itu
merupakan suatu proses kejiwaan mulai dari proses pengenalan bunyi yang
didengarnya dengan penuh perhatian melalui alat pendengar. Kemudian, menyusun
penafsiran yang penuh dengan pergaulan aktif antara terka, perkiraan,
idealisasi, dibarengi dengan interprestasi dan apresiasi untuk menangkap
informasi, ide, dan pesan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses penyimpanan
dan menghubungkan hasil penafsiran untuk memperoleh pemahaman komunikasi yang
diantarkan lewat bahasa lisan.
12
Selanjutnya Achsin dan Djirong (1985: 17) menambahkan: “Proses menyimpan atau
mengingat sebagai bagian dari suatu proses menyimak.” Pada uraian
terdahulu telah dijelaskan bahwa menyimak bukan hanya mendengarkan. Mendengar
hanya taraf penerimaan bunyi tanpa memerhatikan makna yang terkandung dalam
bunyi itu. Dalam kegiatan menyimak setelah proses penerimaan bunyi terjadi
aktivitas mental dalam berbagai tingkat yaitu proses pembentukan pemahaman,
proses pemanfaatan, dan proses penyimpanan dalam ingatan jangka panjang. Pesan
atau informasi yang tersimpan dalam ingatan tersebut pada saat
diperlukan dapat muncul kembali dipermukaan dalam bentuk kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena
melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak
mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba
memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat itu
ia harus menerima renspons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan
terjadi setelah terjadinya integrasi antara pesan yang didengar dengan latar
belakang pengetahuan dan pengalaman penyimak. Respons itu bisa sama dengan yang
dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak sama.
Mengingat proses menyimak itu ternyata muncul dalam waktu yang hampir
bersamaan, maka dapat dipastikan bahwa urutan-urutan proses itu bekerja dengan
cepat. Kalau perjalanan proses itu mendapat gangguan di tengah jalan, dengan
sendirinya kegiatan menyimak tidak berlangsung sempurna, dan pemahamanpun tidak
tercapai. Ini berarti penyimak tidak dapat melakukan respons. Terlambat berarti
gagal menyimak. Mungkin hanya sampai tingkat mendengar atau mendengarakan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu
rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran,
memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses
menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan
pengalaman.
3. Tujuan
Pembelajaran Menyimak
Berdasarkan uraian terdahulu bahwa menyimak adalah suatu penerimaan pesan, gagasan
atau pikiran seseorang. Pesan itu harus dipahami dengan jelas oleh penyimak.
Sebagai bukti ia memahami pesan itu, ia harus bereaksi memberi tanggapan atau
respons. Jadi, kegiatan menyimak merupakan kegiatan disengaja, direncanakan
untuk mencapai tujuan
13
tertentu. Kesadaran untuk
mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berfikir dalam menyimak. Aktivitas
menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.
Proses menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan yaitu; pertama
adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. Kedua
pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak
pembicara.
Berdasarkan dua aspek di atas kalau diperinci lebih jauh maka tujuan menyimak
dapat disusun (Sutaji, 1998: 44) sebagai berikut:
a. mendapat fakta
b. menganalisis
fakta
c. mengevaluasi
fakta
d. mendapatkan
inspirasi
e. mendapat
hiburan
f. memperbaiki
kemampuan berbicara
4. Jenis-jenis Menyimak
Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari, 1998:
47) adalah sebagai berikut:
a.
Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak
yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu
bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.Penggunaan yang
paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah m suatu
lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula murid dibiarkan
mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang
terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.
Pada umunya, sumber yang paling
baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya
rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya.
b.
Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak
yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu
hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan
14
suatu pembagian penting yaitu
diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa
atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua
ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
c. Menyimak sosial (social listening)
Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational
listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai
hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama
lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang
menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang
dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.
Dengan perkataan lain dapat
dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu
perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau
konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti
serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi
tersebut.
d.
Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder adalah sejenis
kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening
dan extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi
tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat
pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah
liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan.
e.
Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik yang juga
disebut menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah fase
terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak
ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca
bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua
menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan
oleh guru atau murid-murid.
15
f.
Menyimak kritis (critical listening)
Menyimak kritis adalah sejenis
kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya
keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati.
Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk
memperoleh kebenaran.
g.
Menyimak konsentratif (consentrative listening)
Menyimak konsentratif sering juga
disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah.
Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak
untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta
penting, dan sebab akibat.
h.
Menyimak kreatif (Creative listening)
Menyimak kreatif adalah jenis
menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak
secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan,
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa
didengarnya.
i.
Menyimak introgatif (introgative litening)
rogatif adalah sejenis menyimak
intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan
perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak
mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau
mengenai jalur khusus.h. Menyimak penyelidikan (exploratory
listening) Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan
maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si
penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik
perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan
yang menarik.
j.
Menyimak pasif (passive listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan
suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat
belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih
serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah
penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini
16
dimungkinkan karena mereka hidup
langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang
cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.
k. Menyimak selektif (selective listening)
Menyimak selektif berhubungan
erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi
biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu
menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan
menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua
teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita
dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka
jelas bahwa kata mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan mempunyai makna
berbeda. Dalam membedakannya tergantung pada suasana dan pemahaman. Hal ini
dapat diketahui melalui penilaian setelah pembicaraan selesai. Yang perlu kita
pahami adalah walaupun dalam ilmu bahasa kata atau istilah yang paling tepat
digunakan mendengarkan, semua itu kembali kepada masyarakat pengguna bahasa. Dalam
masyarakat kita atau di sekolah, kata yang sering digunakan mendengarkan bukan
mendengarkan.
Dari uraian di atas, maka dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan
baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh pembicara serta menangkap dan
memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Dalam hal
mendengarkan atau memerhatikan orang membaca atau orang yang bercakap, penyimak
menerima keterangan melalui rangkaian bunyi bahasa dengan susunan nada dan
tekanan suara orang yang membaca atau bercakap. Jika pembicara dan pembaca
dapat melihat, maka penyimak akan dapat melihat gerak muka dan gerak tangan
pembicara seperti, bibir, mimik, dan sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat
media bantu seperti tape recorder, maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi
bahasa yang disampaikan oleh si pembicara. Dengan demikian, mendengar,
mendengarkan, dan menyimak memiliki makna yang berbeda. Dalam mendengar, yang
terlibat hanya fisik dan tidak ada unsur kesengajaan. Dalam menyimak, unsur
mental terlibat lebih tinggi daripada mendengarkan.
B.saran
Kritik
dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
Makalah kami.Jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah
hati agar lebih membaca buku-buku lainnya. Kami mengharapkan Makalah in isebagai
sarana yang dapat mendorong para mahasiswa dan mahasiswi berfikir aktif dan kreatif
18
DAFTAR PUSTAKA
19
orijinalitas sebuah tulisan lebih penting, jangan terlalu banyak mengcopy tulisan dari internet, banyak berlatih lagi.
BalasHapus