Rabu, 12 Oktober 2016

tugas 3 makalah tentang mendengar dan menyimak



           MAKALAH
CARA MENDENGAR DAN MENYIMAK YANG BAIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa indonesia
Dosenpembimbing : Ir.Shinta anggreani SP,MSi
Disusun oleh:
Nina salindri    :D1B016063

Program studi Agribisnis
Fakultas pertanian
Universitas jambi
2016




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,Taufik dan Hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangatsederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,  sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 12 oktober 2016


                                                                                                                        Penyusun        









1
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…………………1
DAFTAR ISI ………………………………………………...………..………........................2
BAB I PENDAHULUAN………...…………………………………………………………..3
  • A. LatarBelakang…..…………………………………………...……………………..3
  • B. Rumusanmasalah………………………....………………………………………...3
  • C. TujuanPenulisan…………………………………….…….....……………………..3
  • D. manfaat makalah…………………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A.  Mendengarkan ................................................................................................................................4
            1. Konsep mendengarkan........................................................................................................4
            2. Tahap-tahap mendengarkan...............................................................................................5
            3.jenis-jenis mendengarkan....................................................................................................5
B. Menyimak........................................................................................................................................10
            1. pengertian menyimak.........................................................................................................10
            2. tahap- tahap konitif menyimak...........................................................................................12
            3 tujuan pembelajaran menyimak..........................................................................................13
4. jenis-jenis menyimak .........................................................................................................14
C. BAB III PENUTUP..............................................................................................................................18
            A.kesimpulan..........................................................................................................................18
            B.saran....................................................................................................................................18
Daftar pustaka.....................................................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada pembahasan ini kita akan membahas keterampilan mendengarkan. Pada kesempatan ini saya mengharapkan anda  dapat memahami konsep,fungsi, ruang ligkup dan strategi peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia lisan. Modul ini bukan hanya membawa Anda ke tujuan pembelajaran, tapi juga mengetahui komponen-komponen yang terlibat dan yang dapat meningkatkan serta mengembangkan keterampilan Anda dalam berbahasa lisan.
Keterampilan mendengarkan  salah satu alat komunikasi yang sangat penting  dimiliki setiap orang terutama dalam menjalankan kontak sosial dengan orang lain. Kepandaian mendengarkan tidak terbatas hanya dalam pengertian pandai atau terampil saja, melainkan kepandaian itu harus dikaitkan dengan  sopan santun dan sesuai  dengan tatacara atau tatanilai yang kita anut sebagai bangsa yang memiliki moral agama dan moral kebangsaan.
B. Rumusan masalah
            1.bagaimana cara mendengar yang baik?
            2.bagaimana cara menyimak yang efektif?

B.tujuan penulisan
Tujuan  pembuatan makalah ini adalah  agar  pembaca  diharapkan  mampu  untuk memahami bagaimana mendengarkan yang baik.      

C.Manfaat
               Manfaat dari makalah ini yaitu untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang apa itu mendengar dan menyimak serta cara mendengar dan menyimak yang efektif.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Mendengarkan
      1.    Konsep Mendengarkan
              Mendengar adalah  kegiatan manangkap bunyi secara tidak sengaja (secara kebetulan saja).
                 Contoh:    Ketika sedang belajar, saya mendengar piring  jatuh. Saya menoleh ke     arah suara itu, kemudian saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 12)
              Mendengarkan adalah  proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami.
              Contoh: Katika sedang belajar di kamar, saya mendengarkan lagu kesenangan saya yang disiarkan melalui radio. Kemudian, saya sejenak berhenti belajar untuk menikmati lagu tersebut sampai selesai. Setelah selesai, saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 14)
        Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami, diinterpretasi, diapresiasi,  dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
                 Contoh:  Setiap hari Selasa pukul 18.30 WIB, saya mendengarkan siaran pembinaan bahasa Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum siaran dimulai, saya menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang saya anggap penting. Saat siaran berlangsung, sesekali saya mencatat dan mengangguk-anggukan kepala bahwa saya memahami pembicaraan yang berlangsung. Setelah selesai, saya merasa puas bahwa persoalan yang saya hadapi selama ini telah terjawab. (Tarigan: 15)
     Berdasarkan uraian di atas, maka jelas bahwa kata mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan mempunyai makna berbeda. Dalam membedakannya tergantung pada suasana dan pemahaman. Hal ini dapat diketahui melalui penilaian setelah pembicaraan selesai. Yang perlu kita pahami adalah walaupun dalam ilmu bahasa kata atau istilah yang paling tepat digunakan mendengarkan, semua itu kembali kepada masyarakat pengguna bahasa. Dalam masyarakat kita atau di sekolah, kata yang sering digunakan mendengarkan bukan mendengarkan. Oleh sebab itu kata yang digunakan dalam modul ini adalah kata mendengarkan.

                 4
                  2. Tahap-tahap Mendengarkan
Setelah Anda mendiskusikan perbedaan ketiga kata di atas tadi, selanjutnya untuk menambah wawasan Anda, silakan lanjutkan kembali diskusinya  mengenai tahap-tahap dalam mendengarkan. Mendengarkan perosesnya dilakukan  secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasilnya  yang tujuan akhirnya apakah si pendengar memahami apa yang telah disampaikan.
Berikut  ini  tahap-tahap dalam mendengarkan menurut  (Tarigan: 1990: 58) ada empat yaitu:
            a. Tahap mendengar
Tahap mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.
b. Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan  disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
c. Tahap menginterpretasi
Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.



        d. Tahap mengevaluasi
Tahap mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Penyimak menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka penyimak pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
Baiklah setelah Anda mendiskusikan tahap-tahap dalam mendengarkan, maka jelas bahwa dalam mendengarkan memerlukan proses. hal ini sesuai dengan kebutuhan dari apa yang kita harapkan.
3. Jenis-jenis Mendengarkan
Setelah Anda mengetahui tahap-tahap mendengarkan, berikut ini kita akan membahas jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya.
Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan menjadi dua jenis yaitu :

5
(1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Kedua jenis mendengarkan ini sangatlah berbeda dan  perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
·         Mendengarkan Ekstensif
Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan mendengarkan ekstensif:
a)  Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.
b)  Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
c)  Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika sering disebut mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika ialah kegaiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.
d) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik.



6



·         Mendengarkan Intensif
Mendengarkan intensif merupakan kegiatan mendengarkan yang harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap
makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu cirri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
a)  Ciri-Ciri Mendengarkan Intensif
Menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
v  Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
v  Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam mendengarkan intensif diperlukan oemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak.
Agar mendengarkan dapat  dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
v  Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal

7
(resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya.
Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
v  Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu      yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b) lisan (berbicara).
 b)  Jenis-Jenis Mendengarkan Intensif
         Setelah kita mempelajari ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas  jenis-jenis mendengarkan intensif. Jenis-jenis mendengarkan intensif adalah mendengarkan kritis, mendengarkan konsentratif, mendengarkan eksploratif,  mendengarkan interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan kreatif (HG. Tarigan, 1983; 42)
v  Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritis: (a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan opini dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
v  Mendengarkan konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
8
Kegiatan mendengarkan konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan antarunsur dalam mendengarkan, misalnya; unsure-unsur dalam bahasa, (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal penting dalam kegiatan mendengarkan, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan mendengarkan, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak. Kamidjan, 2002: 14)
v  Mendengarkan eksploratif
Mendengarkan eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, penyimak; (a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan dating, (d) penyimak dapat menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
v  Mendengarkan interogatif
Mendengarkan interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
Kegiatan mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
v  Mendengarkan selektif
Mendengarkan selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang
9
sedang dipelajari.Mendengarkan selektif mempunyai cirri tertentu
 sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan yang lain. Adapun cirri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) mendengarkan dengan memperhatikan topik-topik tertentu,  (c) mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
v  Mendengarkan kreatif
Mendengarkan keratif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
Berdasarkan uraian di atas maka jelas bahwa dalam mendengarkan kita mengenal dua jenis yaitu intensif dan ekstensif. Masing-masing jenisnya diuraikan kembali ke dalam beberapa jenis sesuai dengan kedalaman dan kedangkalan dari proses mendengarkan.
dan (e)untuk mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.

B. MENYIMAK
  1.   Pengertian Menyimak
Orangtua sering memberikan nasihat kepada putra-putrinya yang berbunyi, kalau orangtua sedang bicara, jangan hanya sekedar mendengar saja, masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah baik-baik, masukkan ke dalam hati.
10
Apabila kita memerhatikan cuplikan di atas, maka menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian. Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.
 Sutari, (1998: 16) menyimpulkan bahwa:
“Mendengar mempunyai makna, dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga, sadar atau tidak. Kalau ada bunyi, alat pendengaran kita akan menangkap bunyi tersebut’. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan, tetapi datang secara kebetulan, mungkin juga tidak”.
 Menurut Poerwadarminta (1984: 941):
“Menyimak adalah mendengar atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”.Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu. Dengan kata lain menurut Tarigan (1993: 19): “Dalam proses menyimak juga terdapat proses mendengar, tetapi tidak selalu terdapat proses menyimak di dalam suatu proses mendengar.”
            Kalau keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya terletak dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.
            Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut:
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan.
            Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh pembicara
11
serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Dalam hal mendengarkan atau memerhatikan orang membaca atau orang yang bercakap, penyimak menerima keterangan melalui rangkaian bunyi bahasa dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca atau bercakap. Jika pembicara dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan dapat melihat gerak muka dan gerak tangan pembicara seperti, bibir, mimik, dan sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat media bantu seperti tape recorder, maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang disampaikan oleh si pembicara.
            Dengan demikian, mendengar, mendengarkan, dan menyimak memiliki makna yang berbeda. Dalam mendengar, yang terlibat hanya fisik dan tidak ada unsur kesengajaan. Dalam menyimak, unsur mental terlibat lebih tinggi daripada mendengarkan.
2.   Fase-fase proses Kognitif dalam Menyimak          
            Telah dikemukakan di atas, bahwa dalam menyimak kegiatan mental lebih aktif daripada mendengar. Dalam menyimak, terdapat proses mental mulai dari proses mengidentifikasikan bunyi, proses menyusun pemahaman dan penafsiran, proses penggunaan hasil pemahaman sampai penafsiran.
            Proses mengidentifikasian bunyi merupakan suatu proses penerimaan bunyi yang datang  dari luar tanpa banyak memerhatikan makna bunyi tersebut. Dalam proses ini barulah pada fase-fase mendengar.
            Proses penyusunan pemahaman dan penafsiran menunjuk kepada cara pendengar menyusun suatu penafsiran sebuah kalimat dari si pembicara, mulai dari identifikasi bentuk-bentuk bunyi sampai kepada pembentukan sebuah penafsiran yang sama dengan yang dimaksudkan oleh si pembicara tadi.
            Proses penggunaan menunjuk kepada upaya pendengar untuk menggunakan hasil penafsiran untuk tujuan selanjutnya, misalnya, mengakomodasi informasi, menjawab pertanyaan, menurut perintah, menanamkan harapan.
            Selain proses tersebut di atas, Sutari (1998: 20)  mengemukakan bahwa:
Pada dasarnya menyimak itu merupakan suatu proses kejiwaan mulai dari proses pengenalan bunyi yang didengarnya dengan penuh perhatian melalui alat pendengar. Kemudian, menyusun penafsiran yang penuh dengan pergaulan aktif antara terka, perkiraan, idealisasi, dibarengi dengan interprestasi dan apresiasi untuk menangkap informasi, ide, dan pesan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses penyimpanan dan menghubungkan hasil penafsiran untuk memperoleh pemahaman komunikasi yang diantarkan lewat bahasa lisan.
12
            Selanjutnya Achsin dan Djirong (1985: 17) menambahkan: “Proses menyimpan atau mengingat sebagai bagian dari suatu proses menyimak.”  Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa menyimak bukan hanya mendengarkan. Mendengar hanya taraf penerimaan bunyi tanpa memerhatikan makna yang terkandung dalam bunyi itu. Dalam kegiatan menyimak setelah proses penerimaan bunyi terjadi aktivitas mental dalam berbagai tingkat yaitu proses pembentukan pemahaman, proses pemanfaatan, dan proses penyimpanan dalam ingatan jangka panjang. Pesan atau informasi yang tersimpan  dalam ingatan  tersebut pada saat diperlukan dapat muncul kembali dipermukaan dalam bentuk kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
            Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara,  dan pada saat itu ia harus menerima renspons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah terjadinya integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman penyimak. Respons itu bisa sama dengan yang dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak sama.
            Mengingat proses menyimak itu ternyata muncul dalam waktu yang hampir bersamaan, maka dapat dipastikan bahwa urutan-urutan proses itu bekerja dengan cepat. Kalau perjalanan proses itu mendapat gangguan di tengah jalan, dengan sendirinya kegiatan menyimak tidak berlangsung sempurna, dan pemahamanpun tidak tercapai. Ini berarti penyimak tidak dapat melakukan respons. Terlambat berarti gagal menyimak. Mungkin hanya sampai tingkat mendengar atau mendengarakan.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.
3.   Tujuan Pembelajaran Menyimak
            Berdasarkan uraian terdahulu bahwa menyimak adalah suatu penerimaan pesan, gagasan atau pikiran seseorang. Pesan itu harus dipahami dengan jelas oleh penyimak. Sebagai bukti ia memahami pesan itu, ia harus bereaksi memberi tanggapan atau respons. Jadi, kegiatan menyimak merupakan kegiatan disengaja, direncanakan untuk mencapai tujuan
13
tertentu. Kesadaran untuk mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berfikir dalam menyimak. Aktivitas menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.
            Proses menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan yaitu; pertama adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. Kedua pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara.
            Berdasarkan dua aspek di atas kalau diperinci lebih jauh maka tujuan menyimak dapat disusun (Sutaji, 1998: 44) sebagai berikut:
a.       mendapat fakta
b.      menganalisis fakta
c.       mengevaluasi fakta
d.      mendapatkan inspirasi
e.       mendapat hiburan
f.       memperbaiki kemampuan berbicara
4.   Jenis-jenis Menyimak
            Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari, 1998: 47) adalah sebagai berikut:
a.   Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah m suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.
Pada umunya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya.
b.   Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan
14
suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
c.   Menyimak sosial (social listening)
Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.
Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.
d.   Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan.
e.   Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada  radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.

15
f.    Menyimak kritis (critical listening)
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.
g.   Menyimak konsentratif (consentrative listening)
Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat.
h.    Menyimak kreatif (Creative listening)
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya.
i.   Menyimak introgatif (introgative litening)
rogatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.h.   Menyimak penyelidikan (exploratory listening) Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
j.    Menyimak pasif (passive listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini
16
dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.
k.    Menyimak selektif (selective listening)
Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan













17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
           Berdasarkan uraian di atas, maka jelas bahwa kata mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan mempunyai makna berbeda. Dalam membedakannya tergantung pada suasana dan pemahaman. Hal ini dapat diketahui melalui penilaian setelah pembicaraan selesai. Yang perlu kita pahami adalah walaupun dalam ilmu bahasa kata atau istilah yang paling tepat digunakan mendengarkan, semua itu kembali kepada masyarakat pengguna bahasa. Dalam masyarakat kita atau di sekolah, kata yang sering digunakan mendengarkan bukan mendengarkan.
           Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Dalam hal mendengarkan atau memerhatikan orang membaca atau orang yang bercakap, penyimak menerima keterangan melalui rangkaian bunyi bahasa dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca atau bercakap. Jika pembicara dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan dapat melihat gerak muka dan gerak tangan pembicara seperti, bibir, mimik, dan sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat media bantu seperti tape recorder, maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang disampaikan oleh si pembicara.  Dengan demikian, mendengar, mendengarkan, dan menyimak memiliki makna yang berbeda. Dalam mendengar, yang terlibat hanya fisik dan tidak ada unsur kesengajaan. Dalam menyimak, unsur mental terlibat lebih tinggi daripada mendengarkan.
B.saran
        Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami.Jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih  jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku lainnya. Kami mengharapkan Makalah in isebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa dan mahasiswi berfikir aktif dan kreatif

18
DAFTAR PUSTAKA



















19

1 komentar:

  1. orijinalitas sebuah tulisan lebih penting, jangan terlalu banyak mengcopy tulisan dari internet, banyak berlatih lagi.

    BalasHapus